Siswi-siswi yang sedang
diajarnya saat itu berdesis cepat, menimbulkan suara yang cepat namun pelan.
Sekalipun mereka berusaha untuk tidak membuat gaduh, tetap saja telinga Hyun Ji
dapat mendengarnya dengan baik. Ini tidak seperti biasanya. Anak-anak itu selalu
patuh padanya dan selalu bersikap tertib, karena itulah yang pernah dan selalu
ia terapkan dalam kelasnya. Ia ingin kedamaian selalu bersama saat mereka
belajar.
"Anak-anak,
kalian..." mata Hyun Ji membesar dan ia tergagap-gagap ketika hendak
melanjutkan kalimatnya. Ia memutuskan untuk menutup mulut daripada harus
mendapat malu dari siswanya sendiri. Degupan keras pertama jantungnya mengawali
debaran lain yang semakin liar dan kasar, berkecamuk dalam dadanya. Mengerikan.
Tidak. Pria yang berdiri di ambang pintu sana lebih mengerikan dibanding
debaran jantungnya yang terlalu keras untuk dilakukan beda vital itu.
Memaksakan kakinya
melangkah kepintu bukan hal mudah, meski yang kau lakukan hanya perlu
menggerakan kaki. Tapi ini berbeda. Rasanya seperti kematian sedang menunggumu
disana. Bukankah itu lebih dari sekedar mengerikan? Hyun Ji dapat merasakan
kakinya enggan untuk bergerak, sehingga segalanya terasa berat. Bahkan
kepalanya ikut-ikutan. Kaki jenjangnya yang biasa berjalan cepat dan penuh
kegesitan, hanya karena aura mematikan pria ini, jadi lamban seakan baru saja
mengidap stroke.
"Temui aku di
perpustakaan," bisik pria itu ditelinga Hyun Ji ketika mereka sudah
berhadapan. Meski hanya bisikan, Hyun Ji masih dapat mendengar suara berat
disela-selanya dan sperti biasa, aura mencekam tersirat didalamnya.
Hyun Ji masih terpaku
ditempat ketika pria itu melayangkan senyumnya dan menunduk sekilas kearah para
murid yang menimbulkan suara dahsyat dari teriakan para gadis, sebelum ia
pergi.
******
"Dong
Hyun..." Suara pelan Hyun Ji membuatnya terpaksa melepaskan diri dari
dunia baru yang dibentuknya dan bukunya. Pria itu menatap Hyun Ji lekat dengan
tatapan intens, membuat gadis itu tak berkutik. Keringatnya mulai mengalir dan
badannya terasa sangat dingin.
"Aku rasa tempat
ini bukanlah tempat yang tepat. Ikut aku."
Hyun Ji berpasrah
seraya sibuk berdoa dalam setiap langkahnya, semoga kali ini keberuntungan
berpihak padanya. Semoga.
Oh, tidak. Hyun Ji
terlalu sibuk, ia melalaikan sesuatu.
Ia baru saja sadar
kalau tempat yang menurut kekasihnya cocok itu adalah toilet.
Dong Hyun melipat kedua
tangannya dan menatap Hyun Ji dicermin. Jelas sekali, Hyun Ji terlihat tidak
berdaya.
Raut wajahnya yang
semula tenang, tiba-tiba berubah. Seakan ia menaruh dendam pada Hyun Ji, atau
pada orang lain, tidak ada yang bisa menebak perasaan pria itu hanya dengan
melihat wajahnya. Dalam satu sentakan cepat Dong Hyun mendorong tubuh Hyun Ji
kediding. Jika dinding itu tak ada, Hyun Ji pasti sudah jatuh parah dibuatnya.
Kedua tangannya mencengkeram erat lengan Hyun Ji.
"Aku tidak
tahu," katanya dengan suara rendah. "Kau atau dia, yang
memulai."
Dong Hyun terlihat
menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Tidak tahukah
kau, seberapa marahnya aku?"
Hyun Ji hanya terdiam.
"Tidak tahukah
kau, seberapa benci aku padanya?"
Hyun Ji tetap terdiam.
"Tidak tahukah
kau, seberapa dalam cintaku padamu?!?" Hyun Ji menatap Dong Hyun karena
terkejut. Pria itu seakan menahan diri beserta emosinya, tapi ia gagal, karena
baru saja ia berteriak dihadapan kekasihnya.
Tanpa merasa perlu
menunggu jawaban Hyun Ji, Dong Hyun menyerangnya secara mendadak. Ia melumat
bibir Hyun Ji dalam-dalam, dimana ia bisa merasa nyaman karena itu. Ia bisa
mencurahkan segala emosinya. Ia bisa membuktikan seberapa besar cintanya pada
gadis itu.
Dong Hyun sama sekali
tidak membiarkan Hyun Ji untuk bernafas, membuat gadis itu mengeluarkan
desahan-desahan lembut yang menggiurkan. Dong Hyun semakin bersemangat untuk
mengeksplor kekasihnya, tapi ia tahu gadis itu kehabisan nafas. Ia berusaha
melepaskannya perlahan dan membiarkan paru-paru gadis itu menerima udara segar
sebelum ia memutuskan untuk menciumnya kembali. Ketika dirasanya cukup, ia
mencoba untuk mencium gadis itu dengan memberinya sebuah awalan. Dong Hyun
memiringkan kepalanya dan mengecup lembut bibir gadis itu. Tapi Hyun Ji terlalu
adiktif dan menggoda untuknya, membuat Dong Hyun meningkatkan intensitas
ciumannya. Ia melumat bibir gadis itu dengan rakus, seakan takut ada yang akan
menggantikannya untuk melakukan itu. Dong Hyun mengigit pelan bibir gadis itu,
membuat Hyun Ji membuka mulutnya sehingga dengan leluasa Dong Hyun dapat
menjejalkan lidahnya dan merasakan gadis itu.
Untuk kedua kalinya
Dong Hyun membiarkan Hyun Ji bernafas. Tapi ia mencoba untuk melakukannya lagi.
Kali ini, dirapatkannya tubuh Ji Hyun ketubuhnya dengan memeluknya. Ia
melakukannya lagi, melumat bibir gadis itu tanpa merasa bosan. Ya, ini
membuktikan bahwa Dong Hyun sanggup melakukan pekerjaan itu dengan Hyun Ji
dalam waktu yang lama. Dalam ciumannya, Dong Hyun dapat merasakan sesuatu
menyentuh kepalanya. Tangan Hyun Ji menyentuh kepalanya dan menekannya, membuat
ciuman mereka semakin dalam. Kaki Hyun Ji berdiri disela-sela kaki Dong Hyun,
membuktikan gadis itu tidak sanggup berdiri karena tiadanya jarak diantara
mereka. Desahan-desahan Hyun Ji membuat Dong Hyun memiringkan kepalanya dan
terus berusaha menciumnya.
*****
"Kau tahu bahwa
aku membutuhkannya? Cari gadis itu dan bawa dia padaku."
"Baik. Akan saya
usahakan secepat yang anda harapkan." Laki-laki dengan tatapan tajam
dibalik kaca mata hitamnya tersenyum sinis. Tugas baru untuknya, dan dirasa
akan berakhir tidak seperti banyak cerita cinta sebelumnya, maka dengan senang
hati ia akan melaksanakannya. Ditambah, ia tahu, honor dari pekerjaan barunya
tidak sedikit. Pria itu segera pergi setelah mengonfirmasi perintah bosnya.
Seorang pria yang
terlihat layaknya preman namun berkulit mulus itu melepaskan rokok yang
tersumpal dalam mulutnya, mengeluarkan tawa ringan sejenak yang sebetulanya
terdengar berbahaya. Karena bagaimanapun, ia adalah seseorang yang paling
dicari pihak keamanan. Tapi tidak pernah ada yang tahu seperti apa dia
sebenarnya dan siapa dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar