Kamis, 31 Mei 2012

Thrill Killing [Trailer]

Under 18 years? Think twice before read this !










Siswi-siswi yang sedang diajarnya saat itu berdesis cepat, menimbulkan suara yang cepat namun pelan. Sekalipun mereka berusaha untuk tidak membuat gaduh, tetap saja telinga Hyun Ji dapat mendengarnya dengan baik. Ini tidak seperti biasanya. Anak-anak itu selalu patuh padanya dan selalu bersikap tertib, karena itulah yang pernah dan selalu ia terapkan dalam kelasnya. Ia ingin kedamaian selalu bersama saat mereka belajar.

"Anak-anak, kalian..." mata Hyun Ji membesar dan ia tergagap-gagap ketika hendak melanjutkan kalimatnya. Ia memutuskan untuk menutup mulut daripada harus mendapat malu dari siswanya sendiri. Degupan keras pertama jantungnya mengawali debaran lain yang semakin liar dan kasar, berkecamuk dalam dadanya. Mengerikan. Tidak. Pria yang berdiri di ambang pintu sana lebih mengerikan dibanding debaran jantungnya yang terlalu keras untuk dilakukan beda vital itu.

Memaksakan kakinya melangkah kepintu bukan hal mudah, meski yang kau lakukan hanya perlu menggerakan kaki. Tapi ini berbeda. Rasanya seperti kematian sedang menunggumu disana. Bukankah itu lebih dari sekedar mengerikan? Hyun Ji dapat merasakan kakinya enggan untuk bergerak, sehingga segalanya terasa berat. Bahkan kepalanya ikut-ikutan. Kaki jenjangnya yang biasa berjalan cepat dan penuh kegesitan, hanya karena aura mematikan pria ini, jadi lamban seakan baru saja mengidap stroke.

"Temui aku di perpustakaan," bisik pria itu ditelinga Hyun Ji ketika mereka sudah berhadapan. Meski hanya bisikan, Hyun Ji masih dapat mendengar suara berat disela-selanya dan sperti biasa, aura mencekam tersirat didalamnya.

Hyun Ji masih terpaku ditempat ketika pria itu melayangkan senyumnya dan menunduk sekilas kearah para murid yang menimbulkan suara dahsyat dari teriakan para gadis, sebelum ia pergi.


******

"Dong Hyun..." Suara pelan Hyun Ji membuatnya terpaksa melepaskan diri dari dunia baru yang dibentuknya dan bukunya. Pria itu menatap Hyun Ji lekat dengan tatapan intens, membuat gadis itu tak berkutik. Keringatnya mulai mengalir dan badannya terasa sangat dingin.
"Aku rasa tempat ini bukanlah tempat yang tepat. Ikut aku."
Hyun Ji berpasrah seraya sibuk berdoa dalam setiap langkahnya, semoga kali ini keberuntungan berpihak padanya. Semoga.

Oh, tidak. Hyun Ji terlalu sibuk, ia melalaikan sesuatu.

Ia baru saja sadar kalau tempat yang menurut kekasihnya cocok itu adalah toilet.

Dong Hyun melipat kedua tangannya dan menatap Hyun Ji dicermin. Jelas sekali, Hyun Ji terlihat tidak berdaya.

Raut wajahnya yang semula tenang, tiba-tiba berubah. Seakan ia menaruh dendam pada Hyun Ji, atau pada orang lain, tidak ada yang bisa menebak perasaan pria itu hanya dengan melihat wajahnya. Dalam satu sentakan cepat Dong Hyun mendorong tubuh Hyun Ji kediding. Jika dinding itu tak ada, Hyun Ji pasti sudah jatuh parah dibuatnya. Kedua tangannya mencengkeram erat lengan Hyun Ji.

"Aku tidak tahu," katanya dengan suara rendah. "Kau atau dia, yang memulai."

Dong Hyun terlihat menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Tidak tahukah kau, seberapa marahnya aku?"

Hyun Ji hanya terdiam.

"Tidak tahukah kau, seberapa benci aku padanya?"

Hyun Ji tetap terdiam.

"Tidak tahukah kau, seberapa dalam cintaku padamu?!?" Hyun Ji menatap Dong Hyun karena terkejut. Pria itu seakan menahan diri beserta emosinya, tapi ia gagal, karena baru saja ia berteriak dihadapan kekasihnya.

Tanpa merasa perlu menunggu jawaban Hyun Ji, Dong Hyun menyerangnya secara mendadak. Ia melumat bibir Hyun Ji dalam-dalam, dimana ia bisa merasa nyaman karena itu. Ia bisa mencurahkan segala emosinya. Ia bisa membuktikan seberapa besar cintanya pada gadis itu.

Dong Hyun sama sekali tidak membiarkan Hyun Ji untuk bernafas, membuat gadis itu mengeluarkan desahan-desahan lembut yang menggiurkan. Dong Hyun semakin bersemangat untuk mengeksplor kekasihnya, tapi ia tahu gadis itu kehabisan nafas. Ia berusaha melepaskannya perlahan dan membiarkan paru-paru gadis itu menerima udara segar sebelum ia memutuskan untuk menciumnya kembali. Ketika dirasanya cukup, ia mencoba untuk mencium gadis itu dengan memberinya sebuah awalan. Dong Hyun memiringkan kepalanya dan mengecup lembut bibir gadis itu. Tapi Hyun Ji terlalu adiktif dan menggoda untuknya, membuat Dong Hyun meningkatkan intensitas ciumannya. Ia melumat bibir gadis itu dengan rakus, seakan takut ada yang akan menggantikannya untuk melakukan itu. Dong Hyun mengigit pelan bibir gadis itu, membuat Hyun Ji membuka mulutnya sehingga dengan leluasa Dong Hyun dapat menjejalkan lidahnya dan merasakan gadis itu.

Untuk kedua kalinya Dong Hyun membiarkan Hyun Ji bernafas. Tapi ia mencoba untuk melakukannya lagi. Kali ini, dirapatkannya tubuh Ji Hyun ketubuhnya dengan memeluknya. Ia melakukannya lagi, melumat bibir gadis itu tanpa merasa bosan. Ya, ini membuktikan bahwa Dong Hyun sanggup melakukan pekerjaan itu dengan Hyun Ji dalam waktu yang lama. Dalam ciumannya, Dong Hyun dapat merasakan sesuatu menyentuh kepalanya. Tangan Hyun Ji menyentuh kepalanya dan menekannya, membuat ciuman mereka semakin dalam. Kaki Hyun Ji berdiri disela-sela kaki Dong Hyun, membuktikan gadis itu tidak sanggup berdiri karena tiadanya jarak diantara mereka. Desahan-desahan Hyun Ji membuat Dong Hyun memiringkan kepalanya dan terus berusaha menciumnya.

*****

"Kau tahu bahwa aku membutuhkannya? Cari gadis itu dan bawa dia padaku."

"Baik. Akan saya usahakan secepat yang anda harapkan." Laki-laki dengan tatapan tajam dibalik kaca mata hitamnya tersenyum sinis. Tugas baru untuknya, dan dirasa akan berakhir tidak seperti banyak cerita cinta sebelumnya, maka dengan senang hati ia akan melaksanakannya. Ditambah, ia tahu, honor dari pekerjaan barunya tidak sedikit. Pria itu segera pergi setelah mengonfirmasi perintah bosnya.

Seorang pria yang terlihat layaknya preman namun berkulit mulus itu melepaskan rokok yang tersumpal dalam mulutnya, mengeluarkan tawa ringan sejenak yang sebetulanya terdengar berbahaya. Karena bagaimanapun, ia adalah seseorang yang paling dicari pihak keamanan. Tapi tidak pernah ada yang tahu seperti apa dia sebenarnya dan siapa dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar